Jumat, 10 November 2017

FAKTA ANEH DAN UNIK REVIEW FILM JADUL: PENGABDI SETAN VERSI 1980

pengabdi setan

Hallo guys. Udah pada nonton �Pengabdi Setan� bikinan Joko Anwar khan? Filmnya keren banget dan ngasi gue harapan buat kemajuan perfilman Indonesia. Nah gara-gara nonton film itu, gue jadi ngebet banget pengen liat film versi aslinya, yakni �Pengabdi Setan� bikinan sutradara Sisworo Gautama Putra yang dirilis tahun 1980. Beruntung banget gue dengan mudah nemuin film jadul tersebut di youtube. Seperti apakah filmnya? Apa sajakah perbedaan antara versi lawas dan versi remake-nya? Yuk kita simak sama-sama :D

Di luar dugaan gue, jalan cerita �Pengabdi Setan� versi lawas dan versi remake ternyata cukup jauh berbeda. Kesamaannya hanyalah keluarga yang kebagian peran utama kedua film tersebut sama-sama ditinggal mati oleh ibunya. The rest ... well, garis besarnya cukup berbeda. Jika di film versi Joko Anwar, keluarga peran utama merupakan sebuah keluarga besar yang memiliki empat anak (hal yang cukup lumrah jika menilik settingnya di tahun 80-an), ternyata di film aslinya hanya ada dua anak, yakni Rini dan Tomy.

Keluarga merekapun tergolong keluarga tajir dengan rumah besar dan mewah (bahkan punya pembantu). Berbeda dengan keluarga di versi remake-nya yang dililit kesulitan keuangan gara-gara penyakit yang lama menggerogoti ibu mereka. Kesamaan lainnya, mereka jauh dari Tuhan. Jika di film aslinya terlihat jelas bahwa kekayaan keluarga tersebut membuat mereka kurang beriman, namun di film kedua nggak begitu dijelaskan mengapa mereka memilih tidak beragama.

Gue singkap dulu ya jalan ceritanya. Film ini diawali dengan kematian sang ibu (langsung ke adegan pemakaman, which is one thing that I like from the newer version better). Tomy, anak bungsu keluarga tersebut tampak begitu merindukan sang ibu hingga akhirnya tertarik mempelajari ilmu hitam hanya untuk mencari ketenangan. Sedangkan Rita, anak sulungnya justru sibuk pacaran dan berpesta untuk melupakan kesedihan akibat kematian ibu mereka.

Keluarga mereka lalu kedatangan pembantu baru bernama Bik Darminah (keren banget pemainnya, meyakinkan banget jadi sosok misterius dan antagonis hihihihi) yang ternyata ingin mengorbankan keluarga mereka menjadi pengabdi setan. Di film ini juga muncul HIM Damsyik (kalo yang lahir tahun 90-an pasti tak asing dengan sosok Datuk Maringgih di film �Siti Nurbaya�) sebagai pembantu keluarga tersebut.

Dilihat dari karakterisasi, entah kenapa gue lebih suka versi yang lama. Lebih believe-able menurut gue. Tokoh Tomy dan Rita di sini digambarkan sangat manusiawi. Tomy yang terpukul dengan kematian ibunya menjadi pribadi yang �hostile�, dingin, dan pemberontak. Berbeda jauh dengan reaksi Tony di versi remake �Pengabdi Setan�. Walaupun keduanya berdasarkan karakter yang sama, terlihat sekali perbedaannya. Sosok Tony terlalu �perfect� menurut gue, tapi yah mungkin karena di cerita dia anak lelaki tertua sehingga merasa memiliki tanggung jawab menjaga keluarganya, sedangkan Tomy di versi lama adalah anak bungsu jadi pantes aja kalo manja.

2

Gue juga kaget dengan sosok Rita di film ini. Gue pikir karena ini film 80-an, biasanya dia bakalan digambarkan lebih �innocent�. Tapi malah sosok Rita di sini bisa dikatakan lebih j*l*ng dan party-goers banget (yang kayaknya bertolak belakang ama busananya yang hampir selalu tertutup). Gue malah lebih suka sosok ini sih ketimbang Rini di film yang baru. Gue ngerasa aja Rini nggak pernah ngelakuin apapun selain menjadi pribadi yang skeptis. Hmmm ... skeptis kayak penari aja ya *udah lupakan*

Tokoh bapaknya udah, gue no comment aja. Gue tahu yang awewe-awewe pasti lebih demen ama bapak di film-nya Joko Anwar.

13

Bagaimana dengan segi setting? Hmmm ... gue nggak tahu sih dimana setting film �Pengabdi Setan� yang baru dimaksudkan. Soalnya dari dialog antara Rini/Tony dan bapaknya, keliatannya lokasi mereka jauh dari Jakarta. Suasananya juga masih asri (buset pohonnya gede-gede). Jadi gue simpulin aja mungkin setting film ini di Bekasi jauh sebelum adanya revolusi Industri dan melepaskan diri dari orbit Bumi.

Sedangkan setting di film versi jadul masih nggak jauh-jauh lah dari Jakarta.

3

*apaaaaa??? ini Jakarta???*

Bagaimana dengan adegan scare-nya? Hmmm ... mungkin ini terdengar agak mengejutkan guys, tapi gue lebih suka versi yang lama. WHAAAAAT??? Eits, sebelum protes, baca dulu review gue tentang �Pengabdi Setan� 2017. Di sana gue mengungkapkan kekecewaan gue karena film ini lebih mengandalkan jumpscare dan sound yang mengagetkan. Yap, kayak gue bilang di review terdahulu, Joko Anwar lebih cenderung �mengagetkan� penonton ketimbang �menakut-nakuti�. Dan gue sebagai penikmat film horor merasa itu adalah poin minus film remake ini.

Lalu bagaimana dengan film versi lama? They definitely will scare you sebab sejak awal memang itulah tujuan sang sutradaranya. Ada banyak adegan penampakan di film ini, mulai dari ini ...

7

*gue kepengen membuat efek ini pake telor asin*

Lalu ini ....

6

*taringnya agak berlebihan sih*

Dan terakhir ini ...

8

*WTF????*

Bahkan jika gue bandingin adegan yang sama-sama nongol di versi lama dan baru, yakni pas sang ayah bangun dan nemuin mayat hidup istrinya, gue lebih suka yang lama. Mata telor asinnya itu loh nggak nguatin. Tapi yah, walaupun di film versi baru, loncengnya adalah sentuhan yang bagus (cuman mungkin lebih mengena kali ya jika yang ngubur loncengnya juga bapaknya jadi dia bener-bener shock pas nemuin loncengnya lagi).

Salah satu adegan favorit gue adalah pas Rita ke kamar mayat buat mencari jenazah pacarnya. Hmmm .... kita bisa bedain banget reaksi Rita jika film ini bersetting tahun 2017.

Di film versi 80-an:

*penutup jenazah dibuka*

4

Reaksi Rita: �AAAAAA!!! TIDAAAAAAAK!!!� *sambil jambak rambut dan kamera zoom in*

Jika Rita adalah generasi millenial:

*penutup jenazah dibuka*

4

Reaksi Rita: �Eh BGST!!!�

Ada dua adegan favorit dan paling mengerikan di film jadul ini, dan kedua-keduanya adalah kemunculan arwah Herman, pacar Rita. Keliatan banget ya sosok Herman dan hantu-hantu lain di film ini amat terinspirasi oleh �Night of The Living Dead� dan film-film zombie lawas lainnya. Apalagi ada sentuhan pianonya ... hmmm keren dan kreatif menurut gue. Sayang adegan ini nggak muncul di film versi barunya. Cuma itu saja sih yang bikin gue kecewa jika disuruh bandingin antara versi lama dan baru.

Adegan pas trio zombie muncul juga seru banget. Zombie yang bergerak sangat pelan tapi tetap membuat para tokoh utamanya �helpless� menurut gue merupakan konsep �scare� yang nggak pernah usang, walau yah, sepertinya para sutradara jarang sekarang enggan menerapkannya.

12

Sayangnya momen mengerikan ini dirusak dengan munculnya sang tokoh antagonis, Darminah yang �JRENG JRENG JRENG� �

10

*Really? Is this supposed to be a jumpscare or something?*

Eamn tepat kalo Pak Joko Anwar tidak memunculkan Darminah sebagai tokoh utama di filmnya. Zaman sekarang mah nggak ada yang takut kalo Pengabdi Setannya kek beginian. Mungkin pas adegan ini muncul di bioskop tahun 80-an, beginilah reaksi penonton yang menyaksikannya:

Penonton: �YA AMPUN SETANNYA KRIBO!!! TAKUT � AAAAAAAAAK!!!�

Pacarnya: �MASYA ALLAH SEREM BANGET MAS!!! AKU MAU PULANG!!!�

Yang di sebelah nimbrung: �DANDANNYA MENOR LAGI! TIDAAAAAK!!!�

Padahal nggak ada serem-seremnya sama sekali. Pas gue SMP ada temen sekelas gue yang rambutnya kayak begini eh temen-temen gue malah bikin tarohan siapa yang bisa ngelemparin tisu terus nyangkut di rambut dia bakalan menang.

Adegan-adegan lain yang gue yang nggak gue sukai antara lain adegan dukun (I will pretend it never happened) dan adegan pas Rita tidur dan disorot pahanya. Bener sih adegannya secara visual emang estetis TAPI PENTING NGGAK SIH BUAT JALAN CERITA???

Sayangnya juga, endingnya yang udah ketebak juga menjadi kekurangan lain film ini (soalnya mainstream banget). Ada ustadz datang menyelamatkan mereka dengan membacakan doa, lalu setannya pada kebakar. Again, nothing wrong with that. Cuma gue lebih menekankan aja sih, tokoh ustadz di film baru lebih believe-able dan manusiawi, nggak digambarkan sebagai sosok suci tanpa dosa. And i prefer that.

Yah, walau mungkin di masa 80-an agak sukar dipercaya ya ada ustadz se-liberal dia, seperti tercermin di adegan film versi 2017-nya.

Bapak: *jalan di kuburan* �Kami sekeluarga nggak sholat kok Pak.�

Ustadz: �Oh.�

OH??? JUST THAT??? SERIOUSLY???

Film versi lama memiliki amanat dan pesan agar lebih mendekatkan diri dengan Tuhan. Adegan terakhir dimana keluarga ini dengan kompak keluar dari masjid setelah menunaikan ibadah mereka menurut gue cukup mengharukan. Yah, versi baru memang �lack� adegan ini, tapi mungkin ini karena Joko Anwar memiliki visi berbeda.

Akhir kata, berapa CD berdarah yang gue kasih untuk film ini? Karena statusnya yang �cult classic� gue kasih nilai 4,5 CD berdarah.

[030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B74%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B74%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B74%5D][030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb%5B74%5D]030menunderwear2Copy2_thumb31_thumb6[5]

Nilainya lebih bagus ketimbang film remake-nya. Apa itu berarti gue suka film yang lama? Well, not necesserily like that. Gue suka banget ama versi yang baru, but I don�t know ... the only creepy thing from this movie menurut gue cuman pas adegan setan nyokapnya turun dari tangga pas adegan klimaks. The rest ... like I said, only jumpscares. Bahkan gue sama sekali nggak terkesan pas hantu nyokapnya muncul sehabis Rini mencoba sholat. Plot twist-nya juga ... hmm, not really surprising. Dan yang paling gue nggak bisa maafin adalah: NGGAK ADA ADEGAN HERMAN DI SINI!!! Padahal itu adalah adegan paling intense dalam film ini.

Akhir kata, I like the newer version, but the older one is memorable too. Karena itu gue ngasi skor yang lebih tinggi untuk versi orisinilnya.


NB: Yang gue pelajarin dari film ini: ketabrak truk pasir bisa membuat orang menjadi vampire!

Kamis, 02 November 2017

FAKTA ANEH DAN UNIK REVIEW �MERMAID�: ANOTHER LOVABLE MOVIE FROM STEPHEN CHOW

the-mermaid

Hallo guys, kali ini lain daripada yang lain, gue akan me-review film komedi romantis. Hah, nggak salah??? Ada angin apa nih, kan biasanya review film horor? Well, gue udah nonton film ini (agak telat sih, soalnya rilisnya tahun 2016, tapi gue nontonnya baru 2017) dan gue terkesan banget. Filmnya kocak banget sumpah dan menyisipkan pesan lingkungan yang dalam. Dan begitu gue tahu kalo sutradaranya adalah Stephen Chow, well, no wonder. Nama Stephen Chow emang jadi jaminan buat film komedi kocak dengan pesan mendalam. Dan yang jelas, film ini recommended banget buat kalian.

�Mermaid� mengisahkan tentang kehidupan pada putri duyung (dan putra duyung, soalnya ada cowoknya) yang terancam akibat ulah manusia. Seorang tycoon bernama Liu Xuan, berencana mereklamasi teluk yang menjadi tempat tinggal mereka (another environmental catastrophe yang nggak jauh-jauh dari kita). Untuk melancarkan rencana tersebut, miliuner playboy eksentrik tersebut, dibantu kekasihnya yang cantik dan sexy, Roulan, menggunakan sonar untuk membunuh dan mengusir satwa-satwa laut yang ada di situ. Para duyung banyak terbunuh dan sakit, sementara sisanya mengungsi ke sebuah kapal karam dan menyusun rencana untuk membalas dendam. Mereka mengutus seorang putri duyung cantik tapi lugu bernama Shan ke daratan untuk membunuh Liu Xuan. Namun kenyataan berkata lain ketika mereka justru jatuh cinta. Mampukah cinta dan kepolosan Shan mengubah egoisme dalam diri Liu Xuan?

Film ini, seperti banyak film Stephen Chow lainnya, adalah komedi bertema absurd. Adegan-adegan kocak banyak datang justru dari Octopus, rekan Shan yang separuh manusia, separuh gurita. Adegan terlucu menurut gue adalah pas adegan di restoran sushi. Tapi bukan berarti akting aktor dan aktris utamanya tak bisa mengundang gelak tawa lho. Akting mereka berdua sangat pas. Deng Chao sang pemeran cowok utama memang adalah komedian, jadi nggak heran lah. Namun ajaibnya, ini adalah kali pertamanya, Lin Yun, sang bintang utamanya, berakting. Sebab Lin Yun dipilih Stephen Chow dari ribuan remaja belia yang mengikuti audisi demi pemeran utama film ini. Wow, agak risky ya memilih tokoh utama dengan cara audisi seperti ini, tapi hasilnya top banget karena paras cantik Lin Yun jelas memberi kesan fresh bagi film ini.

mermaid_0

Namun dibalik kekocakannya, film ini berusaha menyampaikan pesan dan fakta yang amat serius. Di dataran Tiongkok yang dulu dicekam komunis, kini berkembang sistem kapitalis yang justru tak kalah merusak ketimbang ideologi lama mereka. Alam dirusak demi memuaskan hasrat pemilik modal untuk memenuhi pundi-pundi uang mereka. Isu lingkungan menjadi masalah yang amat seius di sana, termasuk di antaranya polusi udara di Beijing hingga polusi perairan yang menyebabkan hewan eksotis seperti lumba-lumba baiji (satu-satunya spesies lumba-lumba air tawar di dunia) terancam punah.

Kenyataan bahwa manusia tak segan berperilaku kejam pada makhluk lain demi keuntungan semata tampak pada klimaks film ini, dimana Roulan, kekasih Liu Xuan yang posesif dan cemburuan, dengan kejam membantai duyung-duyung tak berdosa. Adegan tersebut sangat sulit untuk disaksikan dan sangat bertentangan dengan tone humor yang sejak awal dibangun di film ini, namun mungkin itulah yang ingin disampaikan sutradaranya. Adegan sadis itu justru lebih mengena karena sedari awal, penonton dibuat percaya bahwa ini bukanlah film yang serius. Tapi nyatanya, inilah gambaran fakta yang harus mereka hadapi di dunia yang sesungguhnya.

7n_themermaidbreaksrecordwith00

Karena itulah gue sangat menyukai film ini. Nggak hanya humornya benar-benar mengocok perut, namun juga ada kepedulian yang disisipkan di film ini. Nama besar Stephen Chow saja mungkin sudah cukup membawa film ini mencapai ketenaran. Film ini menjadi film Tiongkok terlaris dalam sejarah dan menghasilkan 400 juta dolar hanya dalam beberapa minggu. Film ini juga mendapat perhatian media Barat, bukan hanya karena rekor yang dicapai, namun juga karena pesan environmentalis yang disampaikannya. Film ini bahkan banyak disandingkan dengan �The Cove�, sebuah film dokumenter sukses yang menceritakan tradisi pembunuhan lumba-lumba oleh masyarakat Jepang.

Nggak salah, Rotten Tomatoes memberikan rating 98% untuk film ini. Bahkan Roger Ebert, situs kritikus film Hollywood yang biasanya memberikan kritik jujur nan kejam, justru memberikan pujian yang manis:

It doesn�t matter if you never seen a Chinese movie in your life, it will make you laugh. Guaranteed.�

Berapa CD berdarah yang gue kasih untuk film ini? Cukup nilai maksimal aja aaaah alias skor 5 :D

030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb

This is one of the best Chinese movie I�ve ever watched. Worth to watch, guys. I think the name �Stephen Chow� is already enough reason to watch this movie!

FAKTA ANEH DAN UNIK REVIEW FILM YANG TELAT: PENGABDI SETAN 2017

pengabdi setan

Hallo guys. Lama nggak posting yak sejak gue post riddle-riddle beberapa bulan lalu wkwkwk. Bulan ini nggak akan ada terlalu banyak postingan horor sih, tapi kali ini gue tetep stick dengan tema horor (mumpung Halloween) dengan membahas film �Pengabdi Setan�. Pasti kalian bilang, �Idih telat banget sih, filmnya kan udah rilis sebulanan lalu�. Wkwkwkw ya maaf ... soalnya bulan kemaren pikiran gue penuh ama kerjaan ampe beberapa hari lalu gue inget kalo gue belum nonton film ini. Buat seorang dmin �Mengaku Backpacker� kayak gue, wajib banget nonton film horor Indo berkualitas internasional ini. Dan yang bikin gue kaget, walaupun gue telat banget nontonnya (udah sebulanan semenjak rilis), tapi bioskopnya tetap penuh loh. Wow!


Sebelum gue bahas filmnya yang keren abis, gue singgung dulu deh pengalaman nonton gue. Boleh dibilang, niat gue buat nyusul nonton film �Pengabdi Setan� (soalnya semua temen-temen gue udah liat, cuman gue doang yang belum) mengalami banyak banget halangan, rintangan, dan cobaan. Jadi ceritanya, gue rencana nonton di CGV Blitz Surabaya yang cuman berapa langkah dari kantor gue. Eeeeh tapi pas pulang kerja dan OTW ke bioskop, gue baru inget gue nggak bawa kacamata (gue minus 1,5 btw). Gue terpaksa balik ke kosan dulu naek gojek buat ambil kacamata karena gue mikir �Gue nggak bakal bisa baca subtitle-nya kalo ga pake kacamata�. Terus pas udah pegang kacamata, barulah gue inget, �Gue kan mau nonton film Indonesia, mana ada subtitle-nya gobloooook!�

Dan barulah gue sadar, seumur hidup gue, gue nggak pernah nonton film Indonesia di bioskop. NGGAK PERNAH.

Seumur-umur, tiap kali gue ke bioskop gue pasti nonton film Hollywood (satu kali doang gue nonton film Korea, yakni �Train to Busan�) dan karena itu gue mengidentikkan pergi ke bioskop dengan baca subtitle. Well, ini membuktikan kualitas film �Pengabdi Setan� kali ya yang ampe bikin gue yang seumur hidup skeptis ama film Indonesia jadi pengen nonton film ini.

Back to bioskop. Karena udah terlalu sore ke CGV dan cari gojek buat balik juga susah (katanya pak gojek lagi dirazia tukang angkot, fuck them!!!), gue mutusin buat nonton di XXI aja di Tunjungan Plaza deket kosan gue. Dan sumpah guys, nyesel banget! Pertama gue pikir bioskopnya bakal sepi karena filmnya kan udah diputer lama banget, jadi pasti penontonnya juga bakal dikit. Tapi dugaan gue salah. Setengah jam sebelum film tayang, gue dah keabisan tempat duduk yang enak. Yang kesisa cuman satu kursi di barisan paling belakang. Dan kursinya sumpah GAK ENAK BANGET!!! Enakan CGV kemana-mana (gue nggak paid-promote lho wkwkwkw).

Tapi heran juga ya? Filmnya udah lama rilis tapi kok penontonnya masih rame gini? Mungkin karena pas Halloween kali ya.Well, gue ambil sisi positifnya saja, suasananya pas nonton dijamin bakal lebih hidup. Soalnya gue udah pengalaman liat film-film horor di bioskop dan penontonnya selalu interaktif, entah itu maki tanpa sadar, teriak-teriak, komentar konyol (yang kadang lebih menghibur ketimbang filmnya sendiri wkwkwk).

Oke sekarang mulai bahas filmnya guys. Seperti kalian sudah tahu, film ini merupakan remake film lawas berjudul sama. Dan karena itu, maka filmnya juga bersetting jadul guys which I appreciate very much. Entah kenapa ya akhir-akhir ini film-film horor kebanyakan bertema retro, semisal �Conjuring�, �Annabelle: Creation�, dan �Ouija: Origin of Evil�. Gue sih suka banget ama setting jadul kayak beginian, soalnya atmosfernya berasa beda banget. Tapi sayang, justru keputusan ini membuat film ini terkesan �Conjuring-esque� banget dan keliatan pengen meniru kesuksesan film-film horor luar besutan James Wan.

Gue nggak akan berkomentar banyak tentang jalan ceritanya, gue yakin kalian pasti semua sudah tahu. Film ini menceritakan sebuah keluarga yang diteror entitas mengerikan sesaat setelah ibu mereka meninggal. Ternyata ibu mereka terlibat sekte yang mengharuskan salah satu keluarga mereka dikorbankan. Dari awal, karakter-karakter dalam film ini sudah mencuri perhatian. Semisal sosok ayah yang banyak dikit mengingatkan gue ama peran Ryan Reynolds di �Amityville Horror� (mungkin karena sama-sama brewok dan sikapnya dingin yak), Tara Basro sebagai anak tertua (yang di awal-awal sempet gue kira sebagai Tyas Mirasih wkwkwkw, duh jadi kangen �Air Terjun Pengantin�), sosok Toni anak remaja mereka yang sayang banget ama ibunya, Bondi yang kocak, serta Ian si anak terkecil yang tuna rungu dan imut banget.

image

Joko Anwar did a really great job buat mengenalkan mereka ke penonton hanya dalam beberapa scene kecil, namun berkesan. Dan saat adegan nyokap mereka meninggal, that�s one hell of an act. Mungkin buat kalian adegan ini biasa, tapi buat gue yang jujur aja orang tua gue mulai sakit-sakitan, dampaknya terasa banget, terutama karena gue sadar cepat atau lambat hal kayak gini nggak bakal terhindarkan dan akan terjadi sama gue.

Well, back to the story. Gue suka banget ama scene dimana sang nyokap dikubur, karena detail banget menggambarkan ritual pemakaman secara Islam. Well, gue bukan Muslim jadi scene kayak gini memberi banyak pengetahuan buat gue. Dan gue juga sadar, begitu detailnya scene ini menunjukkan visi Joko Anwar yang sudah membayangkan film ini bakal go-international dan bakal diliat penonton luar yang pastinya sebagian besar asing dengan ritual seperti ini. Padahal, jika nggak begitu paham soal ini (semisal jenazah harus dibungkus dalam kain kafan, bukan ditaruh dalam peti seperti tradisi Barat), dijamin penonton dari luar negeri pasti kebingungan dalam memahami klimaks film ini (like, why y�all dressed in white?).

Film ini, walaupun horor, namun memiliki beberapa adegan komedi yang kental dan mengena banget. Dua kali malah penonton di bioskop gue terbahak-bahak karena scene kocak yang melibatkan Bondi. Good job! Gue juga suka banget detail adegan lain, yang menunjukkan Joko Anwar adalah seorang sutradara yang sangat meticulous (mungkin karena udah berpengalaman dan punya jam terbang tinggi kali yak), semisal adegan dimana Toni menatap sepeda motornya untuk terakhir kali sebelum dijual (really got that feel) atau adegan dimana Tara Basro menggunakan kompor minyak tanah untuk memasak.

Atmosfer retro di sini emang related banget ama kehidupan gue pas kanak-kanak. Dulu pas gue masih SD, gue tinggal di rumah tua milik nenek gue yang mirip-mirip lah ama rumah di film ini. The whole house looked like a labyrinth dengan lorong-lorong dan kamar-kamar dengan dinding bersekat-sekat, beda banget ama rumah modern zaman sekarang yang lebih lapang dan bertema studio. Gue juga dulu tidur di ranjang besi yang bunyi �ngik ngik ngik� dan gue juga dulu biasa bantuin nyokap gue nyalain kompor minyak dengan nyelupin tusukan besi ke minyak di sumbu (what a nostalgia!). Gue juga ingat banget dinding rumah gue dulu dicat pake cat yang permukaannya mengkilap dan licin kalo dipegang (cat minyak mungkin namanya). Zaman sekarang udah nggak ada mah yang pake begituan. And the most important thing, rumah gue dulu masih ada sumurnya. Yap, gue tau banget malesnya nimba air kalo sanyo mati.

Buat adegan scare-nya ... hmm, enough lah. Gue agak kecewa karena beberapa adegan justru lebih bersifat �mengagetkan penonton� ketimbang �menakut-nakuti�. Gue mulai kesel dengan penggunaan musik keras yang berlebihan di film ini. Ada adegan yang gue pikir bakalan horor karena musiknya �jreng jreng jreng� tapi ternyata nggak terjadi apa-apa. Bener-bener mengecewakan menurut gue. Namun gue cukup kaget ketika ada adegan �gory� di film ini. Datangnya bener-bener nggak terduga, tapi cukup memuaskan buat gue dan jadi penebus adegan-adegan �jumpscare� yang kurang menohok sepanjang film ini.

Sosok �nyokap� di film ini yang harusnya bisa jadi ikon horor baru (walau agak-agak mirip setannya �Insidious� sih) kayak kurang dimaksimalkan. Beberapa penampakan yang melibatkan sosok ini justru nggak terlalu seram. Tapi kudos buat adegan terakhir saat klimaks yang melihatkan sosok �nyokap� ini menuruni tangga. Wow, that�s so damn scary. Gue agak kecewa aja kenapa nggak dari awal saja ditampilin kayak gitu. Musik lama ala 70-an yang dinyanyiin juga membantu banget menelurkan kesan �eerie� dan tidak nyaman, terutama buat pendengar zaman sekarang.

Kalo bicara karakterisasi, beberapa tokoh sayangnya cukup stagnan dari awal sampai akhir cerita. Karakter paling dalam (dan jadi favorit gue) sepanjang film ini justru (siap-siap guys, soalnya ini nggak terduga) adalah tokoh Pak Ustadz. Dari awal, ketika tokoh ini diperkenalkan, gue sempet merasa skeptis; palingan tokoh ini bakalan jadi �deux es machina� alias tokoh penyelamat yang bakalan nolong keluarga ini dengan merapal doa-doa lalu setannya kebakar dan ilang. Well, there�s nothing wrong with that, cuman kayaknya mainstream banget. But boy, I was dead wrong!

Tokoh Pak Ustadz di sini justru digambarkan sangat �manusiawi�, alih-alih sebagai sosok tanpa salah, even achieved �god-like� status. Ada sebuah adegan dimana Pak Ustadz ini mengambil keputusan yang sangat manusiawi dan sangat bisa dimengerti saat salah satu tokoh utamanya dalam bahaya. Keputusan itu bikin cewek di samping gue ampe gasped, tapi menurut gue hal tersebut justru ngasi depth ke karakter ini. Gue sendiri mungkin akan mengambil keputusan kayak gitu kalo hal yang sama menimpa gue. I won�t give any spoiler, but just wait and watch, that�s my favourite scene in the whole movie.

Klimaks film ini menurut gue adalah scenes paling menakutkan di sepanjang film ini. Adanya �plot twist� (well, I wouldn�t call it that because it didn�t suprised me that much) juga cukup memberi bobot bagi jalan cerita film ini. Awanya sih gue berpikir kalo bapaknya yang terlibat ama sekte ini dan bakal ngorbanin anak-anaknya, tapi ternyata yang jahat malah ... well, liat saja sendiri.

Sayangnya, adegan �attack of the ocongs� yang udah gue tunggu-tunggu sejak film ini mulai nggak terlalu memuaskan gue. Terlalu pendek dan kurang di-eksplore aja. Padahal potensinya gede banget, apalagi kalo penonton Barat liat, mungkin bisa jadi icon horror Asia baru. Oya, omong-omong soal ocong, gue bersyukur banget (like THANK GOODNESS!!!) mereka nggak digambarkan lompat-lompat, soalnya itu bakalan �lame� banget dan malah bikin mereka kurang berasa horor.

Adegan dimana sang �saviour� muncul juga cuman bikin gue, �Hmmm, ok ...� dan agak berasa �deux es machina� buat gue alias agak dipaksakan. But well, that�s how you end a good horror movie: there is no happy ending � even, there�s no ending at all!

Dan jujur, gue bingung banget ama ending film ini yang ngelibatin Fachry Albar. Gue pesen aja sih satu hal, sebelum nonton film ini, ada baiknya kalian nonton �Pengabdi Setan� versi aslinya atau at least do some research first.

Well, that�s all guys yang bisa gue review buat film �Pengabdi Setan� ini. Yang pasti kudos buat sutaradara, pemeran, serta para krunya. Film ini jelas merupakan high improvement buat kualitas film Indonesia. Gue berharap film ini bisa menjadi tonggak (halah bahasanya) kebangkitan film Indonesia dan gue berharap saja semoga film ini nggak menjadi momen semata, namun akan muncul film-film horor lain yang lebih berkualitas di tanah air kita.

Akhir kata, gue akan berikan 4 CD berdarah dari maksimal 5 CD berdarah yang bisa gue anugerahkan.

030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb030menunderwear2Copy_thumb1226_thumb030menunderwear2_thumb132_thumb5_thu[1][6]

Dan gue akan tutup review ini dengan salah satu line dialog di film ini yang menurut gue jenius banget dan menunjukkan juga betapa Joko Anwar is a hell of a script writer. Menurut gue line ini bakalan dikenang sepanjang masa karena kebrilianannya. Dan dialog itu adalah ...

Jadi gigolo aaaaah ...�

- Bondi (12 tahun) -

NB: buat review lain, silakan baca review kocak di blog The Freaky Teppy dimana di sini sang blogger memilih line lain yang menurut dia masih related banget ama kehidupan anak muda zaman sekarang, walaupun film ini bersetiing tahun 1981. Line tersebut adalah ....

Karena terlalu dekat, kami tidak pacaran.�

- Budiman Syailendra-

Jumat, 08 September 2017

FAKTA ANEH DAN UNIK RIDDLE #20: VENDING MACHINE


Level: hard


Ada sebuah vending machine aneh. Pertama, letaknya di dalam gang sepi yang hampir tak pernah dilalui orang. Kedua, harga semua minumannya sama, yakni 10 ribu. Mungkin karena harganya yang murah, malam itu ada empat orang yang minum dari vending machine itu. Dan yang aneh lagi, kita tak bisa memilih minuman apa yang akan keluar dari sana.

Pertama adalah seorang Amerika. Ia meminum sekaleng minuman soda dengan puas.

Kedua, seorang Tionghoa. Ia meminum sekaleng minuman teh oolong dengan puas juga.

Ketiga, seorang Jepang. Begitu ia menempelkan bibirnya di mulut kaleng, ia menyadari ia belum membaca minuman apa itu. Iapun membacanya dan terkejut ketika melihat minuman itu bertuliskan jus darah. Ia tak jadi meminumnya dan beberapa saat kemudian mati.

Seorang India datang dan mendapatkan minuman yang sama. Ia meminumnya dan berkata, �Dasar orang Jepang bodoh! Ini kan hanya jus tomat!�

FAKTA ANEH DAN UNIK RIDDLE #19: PABRIK


Level: hard


�Ini adalah pelanggaran!� seorang wartawan menyerobot masuk ke ruangan perdana menteri, �Anda akan ditangkap karena ini!�

�Ada apa ini?� tanya sang perdana menteri terkejut.

�Saya baru saja memeriksa pabrik makanan kaleng yang Anda buka bulan kemarin! Saya melihat banyak orang berada di sana dalam kondisi yang tidak layak! Anda menyuruh mereka kerja paksa! Ini adalah perbudakan! Saya akan melaporkan ini!�

Perdana Menteri menghela napas, �Apakah wajah mereka sama semua?�

�Setelah kupikir-pikir, memang iya. Mereka semua mirip.� Wartawan itu merasa aneh.

�Itu bukan seperti dugaan Anda. Mereka hasil kloning. Anda dengar kan hasil penelitian para ilmuwan kami berhasil menciptakan kloning manusia tahun itu.�

�Jadi itu sebabnya makanan kaleng yang diproduksi harganya amat murah. Anda menggunakan klon untuk menjadi pekerja tanpa upah?�

�Apa Anda di sini mau berdebat tentang hak-hak hasil kloning? Kan sudah diputuskan mereka bukan manusia dan tidak mendapat hak-hak yang sama seperti manusia biasa.�

FAKTA ANEH DAN UNIK RIDDLE #18: AKU PULANG


Level: easy


�Aku pulang!� kata Michi sambil membuka kunci pintu dan masuk.

�Kau telat!� jawabku. Aku masih merasa kesal dia pulang terlambat. Tapi paling tidak aku masih bisa melihatnya lagi malam ini.

Seekor kucing mendatangi kakinya dan Michi pun menunduk dan mengelus kepalanya.

�Maaf aku telat. Ayo kumasakkan nasi dulu.�

�Huh, aku tidak lapar.� jawabku pelan.

Iapun beranjak ke dapur dan memakai celemek.

�Apa kau tidak mandi dulu?� tanyaku.

Dia hanya diam dan terus memasak. Ia memasak nasi kemudian duduk menonton televisi. Kemudian ia memberi makan kucingnya dan menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri.

�Baunya enak. Apa aku boleh ikut makan?� kataku sambil memijat kakiku yang pegal, �Dan kau juga bisa membantu memijitku, Sayang.�

FAKTA ANEH DAN UNIK RIDDLE #17: EKSPERIMEN


Level: medium


�Saburo,� panggil ibuku.

�Ya, Ibu.� jawabku dengan patuh. Ibu dan ayahku masih memakai jas lab. Rumah kami memang menjadi satu dengan laboratorium tempat orang tuaku mengadakan eksperimen.

�Ayo, lihatlah ke sini!� ayahnya mengajaknya. Di dalam sebuah gelas kaca, ia melihat seekor tikus dipotong menjadi dua, namun ajaibnya, dari potongan tubuhnya tumbuh bagian tikus baru, sehingga akhirnya muncul dua tikus.

�Wah hebat sekali. Apa ini hasil penelitian Ayah dan Ibu?�

�Benar sekali, Nak.� Jawab ibuku, �Ayahmu telah meneliti serum untuk daya regenerasi yang didapat dari bintang laut. Kemudian kami mencoba memasukkannya pada hewan lain untuk melihat seperti apa hasilnya.�

�Jika ini berhasil maka keluarga kita akan kaya raya.� sambung ayahku.

�Tapi bukannya ini sudah berhasil ya, Yah?� tanyaku.

Ayahku menggeleng, �Ini baru pada tikus. Percobaan kami baru bisa dianggap berhasil jika bisa diterapkan pada manusia.�

�Ingat, Saburo,� ibu mengelus kepalaku, �Sebagai anak tertua kau harus melanjutkan penelitian ayahmu.�

�Iya, kau harus melakukan yang terbaik agar penelitian keluarga kita berhasil.� kata ayahku.

�Baik, Ayah!� aku begitu bangga menjadi anak pertama.

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *