SCP VS LEAGUE OF CREEPYPASTA
WHICH SIDE YOU�RE ON?
�All things truly wicked start from innocence.�
� Ernest Hemingway
***
LOKASI: SACRED HEART HOSPITAL, NEW DAVENPORT
ALENA MORGAN sudah menjadi perawat selama 20 tahun, namun baru kali ini ia melihat kasus seaneh ini.
Di perairan tak jauh dari pelabuhan New Davenport, sekitar 5 jam lalu, ditemukan sebuah kapal terombang-ambing. Hanya ada tiga orang yang ditemukan selamat di atas kapal itu. Namun mereka semuanya memiliki kondisi tubuh yang aneh.
Pasien pertama, sebut saja Pasien X, memiliki gejala psikis yang amat terguncang. Fisiknya sih baik-baik saja, semua parameter terlihat normal. Namun perilakunya amat paranoid. Ia amat takut pada air, bahkan pada genangan air di lantai ataupun tetesan air keran. Ia terus-menerus menyebut �Aquatic Horror� akan mengejarnya. Semacam monster mungkin?
Suster Alena tak begitu paham dengan ilmu psikologi. Yang jelas, bantuan yang dibutuhkannya takkan diperolehnya di rumah sakit ini.
Alena menghela napas, lelah dengan shift malamnya yang seharusnya sepi, namun justru heboh seperti ini. Pasien X terus-menerus berteriak. Beberapa perawat laki-laki (bahkan dibantu satpam) terpaksa memeganginya dengan erat.
Ia tak mau disuntik. Lebih tepatnya, ia takut pada cairan di dalam jarum suntik itu. Benar-benar aneh. Ia bahkan menolak untuk diinfus karena takut pada cairan di dalamnya.
Kenapa ia begitu takut air? Karena makhluk khayalan yang disebutnya? Yang jelas, sepertinya ia mengalami trauma psikis yang amat berat. Hingga kini tak ada yang mengetahui darimana kapal yang ia tumpangi berasal. Tak ada manifest yang jelas, seolah-olah kapal itu jatuh dari langit.
Sudah banyak orang gila di kota ini, pikir suster itu sembari mendengarkan teriakan pasien yang menggema di lorong rumah sakit. Dan sekarang bertambah satu.
Tentu saja psikopat paling terkenal yang berasal dari kota ini � semua orang pasti mengetahuinya � adalah Jeffrey Woods.
Jeff The Killer.
Lalu siapa lagi? Jane The Killer, Homicidal Liu, si kembar Jana dan Nina ... semuanya adalah kenangan buruk yang kota ini tak mau ingat lagi.
�Tidaaaak! Tidaaaaak!!!� terdengar teriakan Pasien X lagi. Para penjaga keamanan dan perawat keluar dari ruangannya.
�Alena, bisa titip dia?� tunjuk seorang dokter. �Kami sudah mengikatnya di ranjang. Kurasa akan aman.�
�Haruskah aku melakukannya?� Alena mengeluh, �Shift-ku akan berakhir sejam lagi.�
�Kau hanya perlu duduk di dalam dan memastikan ia tak melakukan sesuatu yang bodoh. Semua pekerjaan yang berat sudah kami bereskan.�
Alena dengan enggan mengikuti perintah dokter itu. Iapun masuk dan melihat Pasien X, pria berumur paruh baya itu, terbaring di ranjang sementara kedua tangan dan kakinya terikat.
�Hei, lepaskan aku!� ujarnya sembari meronta.
�Kurasa tidak, Pak.� Alena menaruh segelas air di atas mejanya, �Saya akan keluar sebentar. Saya hanya perlu ke kamar mandi.�
�Tunggu!� katanya ketakutan, �Jangan taruh itu di kamarku!!!�
�Itu hanya air minum.� jawab perawat itu sembari meninggalkan ruangan, �Itu takkan membunuhmu.�
�Tidak! Tolong!� jeritnya, �Tak boleh ada air! Dia akan muncul dari sana!�
Alena hanya menggeleng-gelengkan kepala sembari menutup pintunya.
***
Dr. Vincent Morales hanya menggaruk kepalanya dengan keheranan ketika tengah malam ia mendapatkan telepon dari UGD. Ada kondisi darurat, kata mereka.
Kondisi darurat macam apa yang membutuhkan kehadiran seorang dokter gigi?
Namun Dr. Morales segera bergegas tanpa banyak bertanya. Mobilnya berhenti di depan Sacred Heart Hospital. Di sana, beberapa dokter bedah sudah menantinya.
�Dokter, anda harus melihat ini!�
Mereka menyodorkan sebuah foto hasil X-ray dan iapun terperangah.
�A ... apa ini? Gigi susu?�
�Kurasa gigi susu takkan tumbuh semacam itu di mulut orang dewasa.�
�Siapa pasien ini?�
�Dia tak mau menyebutkan identitasnya ...�
�Tepatnya tak mampu,� koreksi seorang dokter, �Kami menyebutnya Pasien Y. Ia ditemukan terombang-ambing di sebuah kapal bersama dua orang lainnya.�
�Segera bawa aku menemuinya!�
***
Suster Alena menjerit begitu membuka pintu kamar pasien itu.
�Brad! Brad!� jeritnya memanggil petugas keamanan.
Pria itu, Pasien X, telah menghilang dari kamarnya. Mustahil ia kabur sebab ia diikat dan kamarnya pun terkunci dari luar. Namun sisa-sisa darah dan jejak potongan-potongan tubuhnya di dalam, seolah-olah sesuatu memangsanya. Apa yang menyita perhatiannya kini adalah segelas air yang tergeletak di tempatnya menaruhnya tadi.
Air itu kini sedikit bersemu merah, bercampur darah. Dan semua kekacauan itu, semua cipratan darah dan sisa-sisa potongan tubuh, semuanya seakan terpancar dari dalam gelas itu.
Seakan-akan tubuhnya direnggut ke dalamnya.
Alena berjalan mundur dengan ketakutan begitu menyadari rumah sakit ini sunyi.
Terlalu sunyi.
***
Dr. Vincent Morales melakukan apa yang harus ia lakukan. Ia tak punya pilihan lain. Penyakit ini terlalu aneh.
Seluruh bagian dalam mulut Pasien Y telah berubah menjadi gigi. Ini semacam penyakit, infeksi. Ia tak tahu apa yang menyebabkannya, yang jelas infeksi itu telah menjalar tak hanya ke mulutnya, namun juga ke seluruh tubuhnya.
Ia terpaksa melakukan vivisection, otopsi di saat pasien masih hidup.
Ia tahu itu akan membunuhnya, namun ia tak punya pilihan lain. Ia harus mempelajarinya, sebelum penyakit itu menular ke orang lain.
Hasilnya sungguh mengerikan.
Semua bagian dalam tubuhnya tertutupi oleh gigi. Usus, lambung, ginjal, bahkan paru-paru. Sepertinya kelainan ini amat menyiksa tubuh pasien yang dijangkitinya, sehingga membunuhnya merupakan langkah yang tepat demi kemanusiaan. Ia merasa Pasien Y justru bersyukur ketika mereka melakukannya.
Bukan hanya itu yang mereka temukan di dalam tubuhnya. Mereka menemukan sesuatu yang lain ketika mereka membedah tubuhnya.
Sesuatu terbang keluar.
Entah, mereka tak begitu melihatnya dengan jelas. Yang pasti ia memiliki sayap, seperti seekor ngengat atau kupu-kupu.
Kemudian ketika membuka paru-parunya mereka sadar, ia tak hanya satu, melainkan ratusan. Mereka terbang berhamburan, walaupun para dokter berusaha menghalau mereka.
Kemudian Dr. Morales sadar, mungkin ada satu yang masuk melalui mulutnya ...
TO BE CONTINUED
Tidak ada komentar:
Posting Komentar