Pas rilis perdana �Alien: Covenant� tanggal 19 Mei lalu gue langsung buru-buru mampir ke bioskop sepulang kerja buat nonton. Masa iya gue yang admin mengaku Backpacker ampe nggak nonton film horor sekelas Alien sih? Franchise Alien emang terkenal banget dan udah dimulai sebelum gue lahir. Alien pertama emang jadul banget (their hair style, oh my Gosh), tapi prekuel Alien terbaru ini dibikin lebih futuristis. Lalu seapik apakah film terbaru Alien ini? Akankah recommend-able (itu kata karangan gue, jangan diikutin). Simak aja reviewnya!
�Alien: Covenant� merupakan sekuel dari prekuel film Alien yang berjudul �Prometheus�. Gue pernah lihat Prometheus dan jujur kecewa soalnya ceritanya nggak banget (walau ada Charlize Theron yang kece banget dan memerankan karakter yang menarik). Syukurlah, �Alien: Covenant� ini jauh lebih bagus ketimbang pendahulunya, �Prometheus� (dan yang gue suka, lebih rame).
Film dibuka dengan David, salah satu karakter android di film �Prometheus� dengan penciptanya, Weyland (gue sejak awal ngerasa nggak asing ama wajah Weyland ini, setelah browsing ternyata dia yang maen Memento, filmnya Christopher Nolan). Film kemudian beralih ke karakter berikutnya, yakni Walter, seorang android berpenampilan dan berwajah serupa David (diperankan Michael Fassbender). Walter bekerja di sebuah kapal bernama Covenant yang mengangkut koloni manusia yang akan dipindahkan ke sebuah planet bernama Origae-6.
Kapal luar angkasa tersebut (gue suka banget desainnya) mengalami insiden yang menyebabkan kapten kapalnya (diperankan James Franco yang cuman kebagian jatah cameo di sini) tewas dalam pod cryosleep-nya. Tragedi ini menyebabkan Daniels, jandanya, sekaligus pemeran utama film ini, menjadi berduka.
Karena sang kapten tewas, tampuk kepemimpinan jatuh ke Oram (yang sejak awal kita dibikin yakin akan ketidak-kompetenannya dia). Selain mereka bertiga, anggota kru lain yang selamat adalah Tennesee, seorang koboi sekaligus pilot yang menjadi sahabat Daniels; Faris, istri Tennesee yang juga pilot; Karine, istri Oram, ahli biologi; Upworth, bagian medis dan suaminya Ricks; Hallett dan Lope, pasangan gay; Ankor dan Cole, petugas keamanan; Rosie �Rosenthal� (nggak tau perannya apa tapi dia cantik dan sexy); dan Ledward (dapet peran nggak penting, mati pertama).
Singkat kata, perjalanan kapal luar angkasa mereka tiba di sebuah planet asing ketika mereka mendapatkan sinyal SOS. Dan begitu sampai di sana, mereka harus barjibaku menghadapi monster yang mulai menghabisi mereka satu demi satu.
Kedengarannya keren ya guys ... dan emang keren. Film ini sesuai dengan yang gue harapkan. Jika ingin lebih spesifik dengan genrenya, gue lebih menyebutnya �science-fiction slasher�. Yup, kalo slasher biasanya berkutat anak-anak remaja yang doyan seks bebas terbunuh satu-satu oleh psikopat pembunuh berantai (that Hollywood type), kali ini slasher-nya di luar angkasa. Konsep yang kereeeen. Terakhir gue liat konsep beginian pas liat �Ghosts of Mars�.
Adegan-adegan kematiannya tiap personelnya cukup oke (kecuali Ankor, yup yang itu agak mengecewakan) dan worthy untuk ditonton. Yang gue suka, tokoh antagonisnya nggak terduga. Dan yang paling berkesan banget, adegan klimaksnya seru banget. So futuristic dan beda banget ama franchise Alien sebelumnya. Ini nih baru namanya film science fiction!
Lalu bagaimana dengan aktingnya? Buat Katherine Waterston yang memerankan tokoh Daniels, gue rasa dia bisa menyaingi tokoh Ripley di tetralogi Alien yang pertama. Dia memerankan tokoh jagoan cewek yang badass dan yang jelas nggak mengecewakan. Namun spotlight jelas jatuh pada akting Michael Fassbender yang memerankan dua karakter sekaligus, yakni Walter dan David. FYI karakter keduanya (bahkan aksennya) berbeda jauh.
Selama ini gue pikir Michael Fassbender nggak akan terkenal jika saja dia nggak meranin tokoh Magneto di franchise X-Men. But boy, I was wrong. Dengan kualitas akting kayak gini, he can be a star anytime. Jika James McAvoy, sang pemeran Professor X, sudah membuktikan kualitas aktingnya di film �Split� besutan M. Night Syhamalan dengan memerankan 8 karakter sekaligus, maka di film inilah Michael Fassbender bisa menyainginya.
But unfortunately, gue agak merasa nggak nyaman dengan tone homoerotic dalam film ini (who doesn�t?). Gue tahu pengakuan gay rights sedang marak-maraknya akhir-akhir ini, tapi nggak berarti Hollywood harus banyak bikin film bernada gay buat ngikutin trend dong? Film major box-office terakhir yang menyisipkan isu gay dalam adegannya adalah Beauty and The Beast. And I admit, this is the second �gay-est� horror movie I�ve ever encountered after �Leeches� (PLEASE, FOR THE LOVE OF GOD, DON�T WATCH THAT MOVIE!!!)
Gue nggak cuman bicara tentang karakternya yang memang dikisahkan sebagai pasangan gay (lebih tepatnya, elderly gay ... EEEEEEWWW!!!), tapi ada adegan ciuman sejenis di sini (spoiler alert). Adegan itu ampe bikin cowok yang duduk di samping gue bilang �OMG� dan gue yakin para penonton yang lain pun speechless liatnya, soalnya bioskop langsung hening. Parahnya, di bioskop gue ada anak cowok seumuran SMP yang nonton ditemani ortunya. What an awkward moment for that family. And how on earth the parents gonna explain that??? Good luck explain why guy-kissing-guy to your son :D
Satu lagi yang bikin gue kecewa, despite apa yang tergambar pada posternya, cuman ada satu alien berkeliaran di klimaks film ini. Oh, c�mon! We want more!!!
Balik ke pertanyaan awal, apakah film ini recommendable? Definitely yes, tapi hanya jika kalian suka genre slasher berbau science fiction (dan sedikit filosofis) serta cukup tangguh buat menyaksikan sedikit bumbu gay. Film ini emang nggak terlalu seram (gue pikir misi awal sutradaranya emang bukan membuat film horor, namun lebih berkonsep filosofis) tapi adegan gore-nya gue rasa cukup lah.
Berapa CD berdarah yang gue kasih untuk film ini? 4 kolor berdarah gue rasa cukup. It�s good, ada plot twist-nya tapi udah kebaca sejak jauh hahaha (nggak kayak plot twist �Life� yang ugh .... keren banget!). But I�m sure you guys gonna enjoy �Alien Covenant�. Dan gue kasih rahasia buat kalian supaya bisa menikmati sebuah film, jangan punya ekspetasi terlalu tinggi. Jika filmnya kalian rasa jelek, kalian nggak akan kecewa. Tapi jika filmnya bagus, kalian sendiri akan suprised.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar